Ada beberapa komponen
sosial dalam proses penyebaran inovasi atau pembaharuan. Salah satu komponen
yang sangat penting dibahas dalam perkuliahan ini adalah Agent of Change (Agen Pembaharu).
A. Pengertian
Agen pembaharu adalah
pekerja professional yaitu orang-orang yang bertugas mempengaruhi masyarakat
agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh lembaga
pembaharu (Change Agency)
B. Agen
Pembahaaru sebagai Penghubung
Para Agen pembaharu mengadakan
komunikasi yang menghubungkan antara sistem sumber yang bermacam-macam (change
agency) dengan masyarakat. Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan
jalannya arus inovasi dari lembaga pembaharu kepada klien (masyarakat).
Agen pembaharu tersebut terdiri
dari:
1.
Guru,
2.
Konsultan,
3.
Penyuluh kesehatan,
4.
Penyuluh pertanian,
5.
Pekerja pembangunan,
6.
Pekerja sosial, dan
7.
Para pedagang dan lain-lain.
C. Peranan
Agen Pembaharu
Sebagai
seorang agen pembaharu mempunyai peran-peran yang dapat membuat diterimanya pembaharuan
tersebut, yaitu:
1. Membangkitkan
kebutuhan untuk berubah dan menyadarkan klien/masyarakat akan perlunya
perubahan,
2. Memantapkan
hubungan pertukaran informasi dan membina hubungan yang lebih akrab,
3. Mendiagnosa
masalah yang dihadapi klien/masyarakat dan meninjau situasi dengan penuh
empati,
4. Membangkitkan
kemauan klien untuk berubah dan mencari cara memotivasi yang berorientasi pada
klien,
5. Mewujudkan
kemauan dalam perbuatan dan mencoba mempengaruhi tingkah laku klien,
6. Menjaga
kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah untuk tidak mengakhiri hubungan
ketergantungan.
D. Faktor-faktor
Keberhasilan Agen Pembaharu
1. Usaha
agen pembaharu
Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan erat dengan tingkat usaha agen pembaharu dalam melakukan kontak
dengan klien.
2. Orientasi
pada klien
Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan erat dengan orientasi pada klien dari pada berorientasi pada
lembaga/agency.
3. Sesuai
dengan kebutuhan klien
Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan positif dengan tingkatan dimana program difusi sesuai dengan
kebutuhan klien.
4. Empati
agen pembaharu
Keberhasilan agen pembaharu
berhubungan positif dengan empati terhadap klien.
5. Kontak
agen pembaharu yang berstatus lebih tinggi
Kontak yang dilakukan agen
pembaharu berhubungan positif dengan status sosial yang lebih tinggi diantara
klien, partisipasi sosial yang lebih besar, tingginya tingkat pendidikan dan
sifat cosmopolitan antar klien.
6. Kepercayaan
klien kepada agen pembaharu.
Kata inovasi
dapat diartikan sebagai "proses” dan/atau “hasil” pengembangan dan/atau
pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan
(termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau
memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru,
yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan
sosial).
Inovasi sebagai suatu
“obyek” juga memiliki arti sebagai suatu produk atau praktik baru yang tersedia
bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial. Biasanya, beragam tingkat
kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada konteksnya: suatu inovasi dapat
bersifat baru bagi suatu perusahaan (atau “agen/aktor”), baru bagi pasar, atau
negara atau daerah, atau baru secara global. Sementara itu, inovasi sebagai
suatu “aktivitas” merupakan proses penciptaan inovasi, seringkali diidentifkasi
dengan komersialisasi suatu invensi.
Masyarakat yang sedang membangun berkepentingan dengan
inovasi, yakni penemuan-penemuan baru baik itu berupa gagasan (ide-ide), tindakan (metodologi) atau peralatan baru (teknologi).
Inovasi merupakan salah satu faktor pelancar terjadinya perubahan sosial, yang
merupakan inti dari pembangunan masyarakat.
PENGERTIAN DIFUSI
Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran
unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu
penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik.
Difusi adalah
peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan
konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan
terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai
keadaan kesetimbangan dimana
perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi.
Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada
cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap
air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi
yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika
terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid
atau fluida.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi,
yaitu:
- Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
- Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
- Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
- Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
- Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya
unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja,
tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu
dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari
kebudayaan lain.
Bentuk-bentuk Difusi
Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur
kebudayaan yang terjadi karena dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang
bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Hal ini terutama terjadi
pada jaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat manusia yang hidup
berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat itulah
unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika
ada perpindahan dari suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain,
tetapi juga dapat terjadi karena adanya individu-individu tertentu yang membawa
unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-individu yang dimaksud adalah
golongan pedagang, pelaut, serta golongan para ahli agama.
5 Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur
kebudayaan yang terjadi ketika individu-individu dari kelompok tertentu bertemu
dengan individu- individu dari kelompok tetangga. Pertemuan-pertemuan antara
kelompok- kelompok itu dapat berlangsung dengan 3 cara, yaitu :
1. Hubungan symbiotic
Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari
kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah
pedalaman negara Kongo, Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika
berlangsung kegiatan barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika
dan suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan mereka terbatas hanya pada barter
barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing suku tidak berubah.
2.Penetration pacifique (pemasukan secara damai)
Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan
perdagangan. Hubungan perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh
dibanding hubungansymbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh
pedagang masuk ke kebudayaan penemrima dengan tidak disengaja dan tanpa
paksaan. Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu
juga dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan
kadang-kadang dengan paksa.
3.Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak
damai)
Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang
disebabkan karena peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal
dari proses masuknya kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya
adalah penjajahan, di sinilah proses pemasukan unsur kebudayaan asing mulai
berjalan.
TEORI DIFUSI INOVASI
Latar
Belakang Teori
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20,
tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde,
memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion
Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu
inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu.
Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat
adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa
menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers
(1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance
because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat
itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam
penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal
Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para
petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus
menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan
penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the
agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a
cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi
pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan
berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya,
dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti
Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F.
Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A
Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation
Diffusion: A New Perpective (1981).
Esensi
Teori
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses
bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran
tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal
tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the
process by which an innovation is communicated through certain channels over
time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi
adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan
penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers
(1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of
invention or creation to its ultimate users or adopters.”