Jumat, 30 November 2012

DIFUSI INOVASI SEBAGAI UPAYA MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN

Ada beberapa komponen sosial dalam proses penyebaran inovasi atau pembaharuan. Salah satu komponen yang sangat penting dibahas dalam perkuliahan ini adalah Agent of Change (Agen Pembaharu).
A.    Pengertian
Agen pembaharu adalah pekerja professional yaitu orang-orang yang bertugas mempengaruhi masyarakat agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh lembaga pembaharu (Change Agency)
B.     Agen Pembahaaru sebagai Penghubung
Para Agen pembaharu mengadakan komunikasi yang menghubungkan antara sistem sumber yang bermacam-macam (change agency) dengan masyarakat. Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari lembaga pembaharu kepada klien (masyarakat).
               Agen pembaharu tersebut terdiri dari:
1.         Guru,
2.         Konsultan,
3.         Penyuluh kesehatan,
4.         Penyuluh pertanian,
5.         Pekerja pembangunan,
6.         Pekerja sosial, dan
7.         Para pedagang dan lain-lain.
C.     Peranan Agen Pembaharu
Sebagai seorang agen pembaharu mempunyai peran-peran yang dapat membuat diterimanya pembaharuan tersebut, yaitu:
1.      Membangkitkan kebutuhan untuk berubah dan menyadarkan klien/masyarakat akan perlunya perubahan,
2.      Memantapkan hubungan pertukaran informasi dan membina hubungan yang lebih akrab,
3.      Mendiagnosa masalah yang dihadapi klien/masyarakat dan meninjau situasi dengan penuh empati,
4.      Membangkitkan kemauan klien untuk berubah dan mencari cara memotivasi yang berorientasi pada klien,
5.      Mewujudkan kemauan dalam perbuatan dan mencoba mempengaruhi tingkah laku klien,
6.      Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah untuk tidak mengakhiri hubungan ketergantungan.
D.    Faktor-faktor Keberhasilan Agen Pembaharu
1.      Usaha agen pembaharu
Keberhasilan agen pembaharu berhubungan erat dengan tingkat usaha agen pembaharu dalam melakukan kontak dengan klien.
2.      Orientasi pada klien
Keberhasilan agen pembaharu berhubungan erat dengan orientasi pada klien dari pada berorientasi pada lembaga/agency.
3.      Sesuai dengan kebutuhan klien
Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan tingkatan dimana program difusi sesuai dengan kebutuhan klien.
4.      Empati agen pembaharu
Keberhasilan agen pembaharu berhubungan positif dengan empati terhadap klien.
5.      Kontak agen pembaharu yang berstatus lebih tinggi
Kontak yang dilakukan agen pembaharu berhubungan positif dengan status sosial yang lebih tinggi diantara klien, partisipasi sosial yang lebih besar, tingginya tingkat pendidikan dan sifat cosmopolitan antar klien.
6.      Kepercayaan klien kepada agen pembaharu.






PENGERTIAN INOVASI        
Kata inovasi dapat diartikan sebagai "proses” dan/atau “hasil” pengembangan dan/atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial).
Inovasi sebagai suatu “obyek” juga memiliki arti sebagai suatu produk atau praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial. Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada konteksnya: suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan (atau “agen/aktor”), baru bagi pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara global. Sementara itu, inovasi sebagai suatu “aktivitas” merupakan proses penciptaan inovasi, seringkali diidentifkasi dengan komersialisasi suatu invensi.
Masyarakat yang sedang membangun berkepentingan dengan inovasi, yakni penemuan-penemuan baru baik itu berupa gagasan (ide-ide), tindakan (metodologi) atau peralatan baru (teknologi). Inovasi merupakan salah satu faktor pelancar terjadinya perubahan sosial, yang merupakan inti dari pembangunan masyarakat.

PENGERTIAN DIFUSI
Proses difusi (diffusion) adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi merupakan salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik.
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
  • Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
  • Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
  • Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
  • Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
  • Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain.

Bentuk-bentuk Difusi
Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi karena dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Hal ini terutama terjadi pada jaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat manusia yang hidup berburu pindah dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga ikut berpindah.
Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-individu yang dimaksud adalah golongan pedagang, pelaut, serta golongan para ahli agama.
5 Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi ketika individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan individu- individu dari kelompok tetangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok- kelompok itu dapat berlangsung dengan 3 cara, yaitu :
1. Hubungan symbiotic
Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-masing hampir tidak berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman negara Kongo, Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah dan Barat; ketika berlangsung kegiatan barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku Negrito. Pada waktu itu, hubungan mereka terbatas hanya pada barter barang-barang itu saja, kebudayaan masing-masing suku tidak berubah.
2.Penetration pacifique (pemasukan secara damai)
Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan ini mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding hubungansymbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh pedagang masuk ke kebudayaan penemrima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu juga dilakukan secara damai, tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa.
3.Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai)
Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkan karena peperangan atau penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses masuknya kebudayaan asing ke suatu tempat. Proses selanjutnya adalah penjajahan, di sinilah proses pemasukan unsur kebudayaan asing mulai berjalan.

TEORI DIFUSI INOVASI

Latar Belakang Teori
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a cumulative basis over time.”
Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran, budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation Diffusion: A New Perpective (1981).
Esensi Teori
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar